Saat rehat pengadilan, duduk sendirian memegang sebuah buku humor politik sambil makan siang, sang hakim tertawa terbahak-bahak sampai tersedak. Kumpulan wartawan meliput kecelakaan kecil tersebut, memotret dan bertanya kepada sang Hakim, humor apa itu yang membuat ia tertawa begitu hebat. Sang hakim tertawa makin keras dan para wartawan makin ingin tahu. Para wartawan menyatakan akan memuat humor itu pada surat kabar hari ini, dan sang hakim menjelaskan – perlahan-lahan – bahwa itu tidak mungkin, karena; karena humor itulah si pengarang sedang dipenjara karena diputuskan pengadilan menghina kepala negara. Dan kebetulan saya sendirilah yang memimpin sidang pengadilan itu minggu lalu, tambah sang Hakim.