Tahun kedua pemerintahan kabinet ini, tiap pagi kepala negara kita yang santun menyapa penjaga istana, para petugas house keeping dan khusus melambaikan tangan ketengah kebun untuk seorang tukang kebun. Dan tukang kebun biasa membungkukkan tubuh bagian atas sedikit untuk menyambut lambaian tangan RI Satu kita.
Pada suatu pagi, serperti biasa, sang presiden melakukan tradisi keramahan tulus tersebut seperti biasa, menyalami dan menyebut nama satu persatu, tentu saja berdasar bisikan sang sekretaris kabinet. Pada selasar tepi kebun ia memandang jauh ke dalam kebun, dan ditengah rimbun taman bunga ia akhirnya menemukan tukang kebun sedang bekerja memunggungi dirinya. Presiden kita melambai dan berseru ramah, selamat pagi pak Rahmat, namun bapak tua kita tak bergeming apalagi menoleh dan menyambut. Sang presiden yang arif bijaksana gundah melihat sikap tak peduli itu. Masuk ke ruang kerja, tanpa jeda apalagi duduk, presiden segera memerintahkan rapat kabinet gawat darurat mendadak untuk memeriksa kalau-kalau terdapat kesalahan fatal berbagai keppres atau inpres yang diterbitkan tanggal kemarin.