Tahun 1890, putra sang Presiden kuliah di rantau, secara berkala meminta tambahan uang saku kepada sang ayah, selalu mendapat jawaban penolakan dari sang ayah. Isi surat sang ayah adalah menolak memberi tambahan demi pembentukan karakter sang anak. Pada saat wisuda, sang Presiden datang ke kampus untuk upacara wisuda, dan pada acara makan siang sang ayah menyatakan kekaguman atas sifat pantang menyerah sang anak yang mengirim surat serupa tiap bulan kepada dirinya. Sang ayah menjelaskan bahwa ia menghargai kegigihan itu, sehingga selalu menyempatkan diri membalas surat penolakan secara tulis tangan. Sang anak balik menjelaskan bahwa di kota ini, surat pribadi raja-raja atau surat pribadi kepala negara manapun berharga sekitar USD 3.000 pada balai lelang benda benda antik atau benda langka.