Sumowono adalah sebuah desa pada gugus Bukit Menoreh, Purworejo, Jawa Tengah terkenal karena tradisi memelihara kambing etawa dan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) BUMN PT Jasa Raharja (Persero) berhasil menggunakan hampiran ternak kambing etawa.
Menurut Dahlan Iskan(2013), “Kambing etawa adalah kambing yang dipelihara bukan karena dagingnya, tetapi karena kecantikannya. Tubuhnya tinggi (90 cm), besar, indah, dan bulunya (khususnya bulu panjang yang tumbuh di bagian pantatnya) sangat seksi. Bentuk wajahnya manis seperti ikan lohan. Telinga panjang menjuntai dengan bentuk yang mirip hiasan di leher.” Bentuk ideal kambing etawa adalah bahwa kepala sampai leher dan dada berwarna hitam, selebihnya berwarna putih. Pisah batas warna hitam dan putih tegas dan rapi.
Harga jual kambing hias ini dapat mengalahkan harga kerbau. Pasar kambing etawa terletak di Kaligesing, merupakan satu-satunya bursa kambing etawa di Indonesia, dengan transaksi sekitar 700 kambing perhari kunjungan Dahlan. Ditengah bursa terdapat salon kambing prajual untuk mempercantik tanduk, kuku, payudara, kulit dan bulu.
Dahlan Iskan menuturkan bahwa pemilik kambing berjenis betina harus rajin meraba-raba payudara dan memeriksa kemaluan. Payudara merupakan aspek keindahan yang dinilai pada setiap lomba dan aspek penentu harga jual, payudara harus diraba-raba berkala untuk menengarai benjolan kanker payudara dan pengobatan dini dokter hewan. Apabila tertengarai kemaluan berwarna merah, betina berahi tersebut segera diantar kepada pejantan untuk proses perkawinan dua kali dalam tempo setengah jam dengan membayar Rp.50.000 kepada pemilik kambing jantan. Pemilik harus mengintip untuk memastikan bahwa proses pembenihan terjadi. Bila dalam tempo setengah bulan tidak terjadi kehamilan, pemilik kambing betina dapat meminta proses ulang pembenihan tanpa biaya.
Kambing jantan sejenis mesin ATM bagi pemiliknya, seekor pejantan dapat menghasilkan Rp. 2 Juta perbulan karena mampu melayani 40 pembenihan perbulan.
Pada waktu Dahlan berkisah, masih terdapat sekitar 100 KK termiskin yang perlu dibantu PKBL tersebut. Harga susu kambing etawa Rp. 15.000 perliter, lebih dari dua kali lipat harga susu sapi. Terdapat sekitar 70.000 kambing etawa pada Kecamatan yang belum memiliki koperasi produksi & distribusi susu tersebut, sehingga penduduk pemilik kambinglah yang menjadi konsumen susu kambing.
Tertengarai penyediaan konsumsi rumput bagi kambing etawa tak sebanyak kambing biasa. Tertengarai para pemilik kerbau menjual kerbaunya dan beralih pada budidaya etawa juga karena alasan konsumsi rumput tersebut.
Suntingan ini semoga dibaca Ibu Presiden & Presiden NKRI yang mungkin mempertimbangkan penggantian sebagian rusa istana-istana kepresidenan dengan kambing etawa, tentu saja bersyarat pembangunan fasilitas salon kambing.
(Peringkas mendoakan sukses bagi Dahlan Iskan. Disarikan secara bebas dari Bab 2, Problem Susu Etawa di Buktit Menoreh, Memasuki Era BUMN Multinational Corporation, Impian dan Gagasan Segar Dahlan dalam menegelola BUMN, Manufacturing Hope Series, Penerbit Elex Media Komputindo, Kompas Gramedia, 2013)